Ini Penjelasan Humas RSUD Bulukumba Perihal Kasus Difteri

oleh -

BULUKUMBA, BERITA SELATAN, Com – Adanya kasus Difteri yang dialami oleh salah seorang pasien balita belum lama ini membuat pihak RSUD Bulukumba angkat bicara agar menghindari pelbagai hal yang sifatnya multitafsir.

Kasubag Humas dan Promkes RSUD Bulukumba, Gumala Rubiah menjelaskan Meski tergolong kejadian luar biasa (KLB), upaya pengobatan dan pencegahan penularan telah dilakukan. Pihaknya juga selalu berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Bulukumba. Bahkan Dinkes provinsi telah melakukan investigasi guna mencari solusi dari prestiwa ini.

BACA JUGA:   Kapolres Bulukumba Hadiri Apel Siaga Pengawasan Masa Tenang Pemilu 2024

Lebih jauh Gumala menjelaskan, penyakit difteri bisa terjadi karena ada kelompok yang tidak mendapatkan imunisasi atau status imunisasinya tidak lengkap. Sehingga terbentuk kekebalan tubuh terhadap infeksi bakteri Difteri yang mudah tertular.

”Meski Difteri sangat mudah menular, berbahaya dan dapat menyebabkan kematian, Difteri ini dapat dicegah dengan mudah melalui imunisasi lengkap,” terangnya, Kamis, 27 Juni 2019.

Dengan kejadian ini kata dia, tentu sejumlah pihak harus menanggapi secara bijak, bukan malah semakin menciptakan persepsi buruk yang berpotensi menimbulkan opini dan kekhawatiran bahkan keresahan di tengah -tengah masyarakat.

BACA JUGA:   Kurangi Kawasan Kumuh, Sekda Ali Saleng Minta Camat dan Lurah Berinovasi

“Jadi hal ini harus ditanggapi dengan bijak terutama menghindari ambiguitas dan harus akurat, jelas, dan ringkas sehingga kami dari pihak RSUD Bulukumba mengimbau kepada masyarakat agar selalu mengutamakan data yang sifatnya realitas,” bebernya.

Untuk itu, secara singkat, RSUD Bulukumba mengimbau kepada seluruh masyarakat, khususnya para orang tua untuk melengkapi imunisasi anaknya, karena imunisasi untuk mencegah Difteri sudah termasuk ke dalam program nasional.

BACA JUGA:   Dikawal Ratusan Aparat Gabungan, Kegiatan Penetapan Nomor Urut Paslon Berjalan Kondusif

”Imunisasi ini upaya preventif yang spesifik terhadap penyakit. Imunisasi Difteri dimulai sejak anak usia 2, 3, dan 4 bulan. Lalu untuk meningkatkan antibodinya lagi, harus diulang di usia 2 tahun, 5 tahun dan usia sekolah dasar”, terang Mala.

Pemerintah menjamin baik keamanan maupun ketersediaannya. Masyarakat bisa memanfaatkannya karena tanpa biaya.

“Untuk itu kami juga meminta kepada masyarakat agar melakukan imunisasi lengkap terhadap anaknya,” tutupnya. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.