BULUKUMBA, BERITA SELATAN.Com – Puluhan Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Bulukumba melakukan unjuk rasa di depan Kantor Satpol PP dan Damkar dan kantor Pemda Bulukumba, Senin, 5 Oktober 2020.
Para mahasiswa tersebut menuntut agar dugaan ketidak netralan ASN pada Pilkada itu diproses dan diberikan sanksi sesuai dengan undang undang yang berlaku.
Menurut Koordinator Lapangan (Korlap) aksi, Andi Abdul Fattah mengatakan, unjuk rasa yang dilakukan menyusul penemuan APK salah satu pasangan calon di kendaraan Patroli wilayah (Patwal) Satuan Polisi Pamong Praja Bulukumba. Hal ini pun menjadi polemik dan menjadi buah bibir di masyarakat.
“Kami turun melakukan aksi untuk mempertegas dan meminta penjelaskan Kasatpol PP terkait APK yang ditemukan di kendaraan Patwal,” ungkap Fattah di sela sela aksi unjuk rasa.
Apalagi kata Pattah, Bupati Bulukumba, AM Sukri Sappewali sebelumnya pernah mengeluarkan peringatan bahwa kepala OPD, ASN dan honorer harus netral dan tidak terlibat melakukan politik praktis.
“Kami juga minta ketegasan Bupati Bulukumba untuk selidiki ASN yang tidak netral bahkan kami inginkan sampai proses pemecatan,” tegas Pattah.
ASN diwajibkan netral dalam Pilkada yang diatur dalam undang-undang Pemilu khususnya pasal 69 (h) menjelaskan dalam kampanye dilarang menggunakan fasilitas dan anggaran pemerintah. Selain itu, juga diatur di PKPU tahun 2017 pasal 68 ayat 1 huruf (h) dalam kampanye dilarang menggunakan fasilitas dan anggaran pemerintah. Jika melanggar tentu ada sanksi yang menanti.
“Jadi ada sanksi menanti terhadap undang undang yang mengatur sehingga ASN jangan terlibat politik,” cetusnya.
Sementara, Kepala Satpol PP dan Damkar Bulukumba, Andi Baso Bintang mengaku tidak tau menahu soal asal muasal APK yang ditemukan di kendaraan Patwal Satpol PP.
“Kami ini dijebak seolah olah mendukung salah satu Paslon. Padahal kami tidak tahu darimana asal APK tersebut. Jadi kami merasa jadi korban,” Ungkap Andi Baso Bintang saat memberikan klarifikasi kepada para pengunjuk rasa.
Bahkan, pihaknya masih menyelidiki dalang dibalik prestiwa ini. Termasuk siapa yang mengviralkan dan memotret baliho tersebut.
“Sekalian kami menyampaikan permohonan maaf kepada teman teman wartawan karena sebelumnya menyampaikan bahwa baliho tersebut hasil penertiban APK yang telah terbit di sejumlah media baru baru ini. Padahal hasil koordinasi dengan anggota di lapangan menyampaikan bahwa tidak tau menahu tentang asal muasal APK tersebut. (**)