Gunakan Bibit Caherang, Panen di Bulukumba Capai 7,5 Hingga 8 Ton/Ha

oleh -
PANEN. Poktan Cori Bonto Macinna tengah memanen padi seluas 25 hektar, Rabu, 27 Maret 2019.

BULUKUMBA, BERITA SELATAN, Com -Kelompok Tani Cori yang berada di Desa Bonto Macinna, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba menghasilkan 187,5 ton gabah dari 25 hektar sawah.

Ketua Kelompok Tani Cori, H. Tahir mengaku, selama ini bibit Caherang merupakan bibit unggulan di poktannya, alhasil setiap panen bisa mencapai 7 sampai 8 ton per Ha. Per Hektar kata dia, diberikan bantuan bibit padi sebanyak 25 kilogram.

“Selain bantuan bibit kami juga didampingi penyuluh pertanian sehingga hasil panen bisa memuaskan,” ungkapnya.

Sementara, Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan (DTPHP) Bulukumba, Ir. Harun mengatakan untuk bibit Caherang itu dari dulu memang terbilang bagus produksinya, bahkan bukan hanya Poktan Cori Poktan lainnya juga yang ada di Bulukumba panen dengan produksi 7 sampai 8 ton per hektar.

BACA JUGA:   AIA-Andi Utta Tinjau Proyek Pengaman Abrasi, Warga Mengaku tak "Was-was" Lagi

“Bantuan bibit Caherang salah satu varian pilihan petani yang kami salurkan ke Poktan yang berasal dari pemerintah pusat termasuk pendampingan pola tanamnya, jadi Alhamdulilah bisa menuai panen yang tergolong tinggi,” ungkap Kepala DTPHP Bulukumba, Ir. Harun, Jumat, 29 Maret 2019.

Advertisement
Advertisement
Advertisement

Lanjut Ir. Harun, bukan hanya memberikan bantuan sarana dan bibit ke setiap poktan, DTPHP juga memikirkan pola dan langkah bagaimana cara meningkatkan produksi sehingga terwujud swasembada pangan hingga keluar negeri.

BACA JUGA:   Pemdes Mattirowalie Gelar Musyawarah Pembentukan Tim Penyusun RKPDes Tahun 2024
Advertisement
Advertisement

“jika ada segelintir pendapat yang mengatakan bibit Caherang jelek itu bukan berasal dari bibitnya namun mungkin pola tanamnya yang perlu dibenahi dan jangan hanya melihat pertumbuhannya tapi lirik juga jumlah produksi tiap panen,” imbuhnya.

Selain itu jika petani mengalami gagal panen belum tentu karena jenis bibitnya namun ada beberapa indikatornya termasuk pola, tanam, pengairan dan takaran pupuk yang digunakan sehingga DTPHP sampai saat ini terus aktif melakukan pendampingan melalui penyuluhan di tiap desa dan kecamatan.

BACA JUGA:   Komisi B DPRD Bulukumba Menerima Aspirasi Masyarakat Nelayan
Advertisement

Sehingga keberhasilan produksi gabah tentu tidak lepas dari kesepakatan di kelompok tani terkait benih yang akan digunakan, kapan ditanam, demikian juga untuk penyiapan saprodi dalam hal ini pupuk. Kemudian mereka disiplin soal waktu olah lahan, beri pupuk, penyiangan, pengendalian hama penyakit. Petani juga selalu didampingi penyuluh dan Babinsa di lapangan.

“Untuk di Bulukumba Alhamdulilah produksi gabah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan bahkan peringkat kedua di Wilayah Selatan Selatan Sulsel dan berusaha menyamai pulau Jawa, ” bebernya. (*)

Advertisement