BULUKUMBA, BERITA SELATAN, Com – Ketua Forum Alumni HMI-Wati (Forhati) Majelis Daerah KAHMI Bulukumba, Andi Syahruni Aryanti menyebut dalam menengok sejarah, perempuan pernah ikut berkontribusi dalam melahirkan Pancasila saat proses persiapan kemerdekaan.
“Raden Ayu Maria Ulfah Santoso dan Raden Nganten Siti Sukaptinah Soenarjo adalah dua tokoh perempuan yang duduk di Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),” kata Syahruni Aryanti, Sabtu, 1 Juni 2019.
Menurutnya sang penggagas Pancasila, Soekarno menjelaskan tentang kedudukan perempuan dimulai dari uraiannya tentang lambang negara Garuda Pancasila. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab disimbolkan oleh gambar rantai terdiri dari gelang persegi (lambang laki-laki) yang bertautan secara dengan gelang bundar (lambang perempuan).
“Pertautan 2 jenis rantai tersebut selain menyiratkan kesetaraan laki dan perempuan, juga mengingatkan bahwa keberlangsungan bangsa (beranak pinak) tergantung pada kerja sama rakyat laki-perempuan,” ujar Santi, begitu ia akrab disapa.
Eks Aktivis mahasiswa Unhas Makassar ini berpandangan, tetapi yang paling penting saat ini adalah program doktrinasi Pancasila sekarang berbeda dengan zaman SD di masa Orde Baru. Dulu, katanya, semua murid harus hafal butir Pancasila dan setiap malam disuguhkan kebanggaan pada Garuda Pancasila lewat layar kaca. Sekarang, pelajar kita mengenal Pancasila lewat kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan.
“Dengan kondisi itu, rasanya belum cukup sekolah mengenalkan dan memberi pemahaman Pancasila kepada anak-anak dan pelajar sejak dini,” ungkap Santi.
“Maka, keluarga adalah lingkungan utama setelah sekolah yang berperan menanamkan Pancasila, pengertiannya, nilai-nilai yang dikandungnya, dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya menambahkan.
Di keluarga, lanjut Santi, faktor perempuan cukup penting dan strategis melakukan peran ini. “Inilah salah satu relevansi serta titik temu perempuan dan Pancasila di era yang makin terbuka dan tanpa batas (borderless) seperti sekarang.
“Saat ini mengajarkan Pancasila dan nilai-nilai kebangsaan kita kepada anak sama pentingnya dengan mengaji Alquran dan ilmu-ilmu agama. Pancasila bukan semata ilmu umum. Pancasila juga tergolong ilmu agama karena memuat kandungan ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan,” jelas Santi. (sur)