BERITA SELATAN.Com – IMM, merawat rumah peradaban. Salam Cinta buat Ikatanku. Memulai uraian tulisan ini, penulis akan mengajak mereka yang masih cinta dan benar-benar cinta terhadap merah marun untuk kembali mengingat ulasan sejarah hingga Ikatanku mampu bertahan dan semakin menampakkan jati dirinya.
14 Maret 1964 M/ 29 syawal 1384 H yang silam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berdiri secara lokal di Yogyakarta dan menasional pada tahun 1965.
Kelahiran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah didasari oleh dua faktor yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih deminan pada cita-cita idealis, yakni motif untuk meneguhkan cita-cita ideologi Muhammadiyah dikalangan mahasiswa, sehingga dianggap penting harus ada wadah yang bisa menampung potensi yang dimiliki oleh para mahasiswa.
Ikhtiar mendirikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah juga sejalan dengan cita-cita Muhammadiyah untuk mendirikan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang mulai dipikirkan sejak tahun 1936, namun baru bisa terwujud pada tanggal 18 November 1955, dengan berdirinya fakultas hukum dan filsafat di padang panjang, di Jakarta dengan perguruan tinggi pendidikan guru (PTPG) kemudian setelah mengalami kemajuan berganti nama menjadi IKIP Jakarta, tahun 1958, fakulta serupa juga didirikan di Surakarta, di Yogyakarta berdiri Akademi Tablig Muhammadiyah, dan fakultas ilmu-ilmu sosial (FIS) berdiri di Jakarta.
Memasuki Tahun 1960, Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) nampaknya mulai menjamur . Pada tahun 1960-an inilah ide-ide tentang perlunya penanganan khusus terhadap mahasiswa yang ada di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) semakin santer diperbincangkan, sehingga Pimpinan Pusat Muhammadiyah pun mulai memikirkannya.
Pemuda Muhammadiyah yang oleh PP Muhammadiyah dan amanat muktamar pertamanya di Palembang (1956) yang dibebani tugas untuk menampung para mahasiswa yang seiodeologi dengan Muhammadiyah, segera membentuk studi grup yang khusus untuk mahasiswa.
Dari studi grup ini, kemudian setelah melihat perkembangannya, dijadikanlah departemen yang khusus untuk mengembangkan studi grup. Sementara itu, para mahasiswa Muhammadiyah dari berbagai kota seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Medan, Ujung Pandang, Padang, dan Jakarta, yang pada umumnya merupakan pimpinan Pemuda Muhammadiyah, menjelang Muktamar Muhammadiyah Setengah Abad tahun 1962 di Jakarta, mereka mengadakan Kongres Mahasiswa Muhammadiyah di Yogyakarta. Dari kongres inilah semakin santer upaya tokoh Pemuda Muhammadiyah untuk melepaskan Departemen Kemahasiswaan supaya berdiri sendiri.
Pada tanggal 15 Desember 1963, PP Pemuda Muhammadiyah mulai mengadakan penjajakan, didirikan lembaga dakwah mahasiswa yang dikoordinir oleh Ir Margono, Soedibyo Markoes, dan A Rosyad Shaleh. Sedangkan ide pembentukannya, yaitu Mohammad Djazman yang saat itu duduk sebagai sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah.
Sementara itu, desakan untuk segera membentuk organisasi khusus mahasiswa Muhammadiyah, datang pula dari para mahasiswa Muhammadiyah yang ada di Jakarta seperti Nurwijoyo Sarjono, MZ Suherman, M Yasin, Sutrisno Muhdam dan lain-lain yang saat itu termasuk pula PP Pemuda Muhammadiyah. Maka, dengan semakin banyaknya desakan tersebut, akhirnya PP Pemuda Muhammadiyah segera memohon restu kepada PP Muhammadiyah yang pada saat itu diketuai H A Badawi. Dengan penuh kebijaksanaan dan kearifan, akhirnya PP Muhammadiyah menerima usulan dari para pimmpinan PP Pemuda Muhammadiyah untuk mendirikan organisasi yang khusus untuk mewadahi mahasiswa Muhammadiyah. Moh Djazman selaku sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah saat itu megusulkan nama yang tepat yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Tepat pada tanggal 29 Syawal 1384 H/14 Maret 1964 M. PP Muhammadiyah menunjuk formatur sebagai berikut:
Ketua Formatur : M. Djazman
Sekretaris Formatur : A. Rosyad Shaleh
Soedibjo Markoes
Moh. Arief
Zulkabir
Sutrisno Mudham
Syamsu Udaya Nurdin
Nurwijoyo Sarjono
Basri Tambun
Fathurrahman
Soemarwan
Ali Kiai Demak
Sudar
M. Husni Thamrin
M. Susanto
Siti Ramlah
Dedi Abu Bakar
Selanjutnya, termasuk juga faktor intern dalam melahirkan IMM, yaitu adanya motivasi etis di kalangan keluarga besar Muhammadiyah. Dalam usaha mencapai maksud dan tujua Muhammadiyah, seluruh jajaran keluarga besar Muhammadiyah, baik yang berada dalam kepemimpinan ataupun yang masih jadi anggota dan simpatisan biasa, baik yang berada dalam kelas orang tua maupun kelas anak-anak, semuanya saja harus mampu hidup dalam memelihara lingkungannya dengan mengetahui sekaligus memeliharanya.
Bagi para mahasiswa Muhammadiyah, yang berada (berkuliah) di PTM maupun perguruan tinggi lainnya, dengan motivasi etis ini harus memahami lingkungan tempat (kampus) perkuliahannya. Sehingga, dengan motivasi etis ini, mereka (para mahasiswa Muhammadiyah) terdorong untuk melakukan dakwah amar makruf nahi mungkar, yang salah satu jalannya yaitu mengajak teman-temannya untuk ikut serta mencipta diri sebagai orang yang bersedia membantu mewujudkan masyarakat yang menjunjung tinggi agama Islam yang bersumber langsung pada Alquran dan sunah Rasulullah SAW.
Penegasan motivasi etis tadi, sesungguhnya merupakan interpretasi rasional dari apa yag dikehendaki oleh Allah SWT lewat firman-Nya yang antara lain terdapat dalam Alquran surah Ali Imran ayat 104, yang merupakan ayat inspirasi lahirnya Muhammadiyah, yaitu yang terjemah bebasnya sebagai berikut:
“Hendaklah ada golongan (mahasiswa Muhammadiyah) segra bersatu membentuk sebuah organisasi yang dapat dijadikan sarana untuk berdakwah amar makruf nahi mungkar, agar kita–mahasiswa Muhammadiyah–memperoleh keberuntungan.”
(QS Ali Imran 104) yang mengandung makna amar atau perintah tersebut oleh para mufasir (ahli tafsir) dikatakan sebagai ‘amar fadhilah’ atau perintah wajib, minimal wajib ‘kifayah’. Artinya, andai tak seorang pun dari keluarga Muhammadiyah tidak mengorganisir mahasiswa Muhammadiyah, maka semua keluarga besar Muhammadiyah akan berdosa. Itulah sebabnya PP Muhammadiyah yang tahu betul tentang hukum segera mandirikan IMM tanpa memperhatikan organisasi mahasiswa yang sudah ada.
# Faktor Ekstern
Faktor eksternal sendiri yaitu faktor diluar Muhammadiyah, baik yang terjadi pada ummat islam secara umum dan pergolakan sejarah bangsa Indonesia dimasa itu, khususnya pemuda dan mahasiswa. Budaya ritual masyarakat intelektual pada masa itu yang mencerminkan sifat sinkretistik bahkan animistik. Ancaman ideologi yang komunistik, yang sangat berbahaya bagi keutuhan beragama dano bernegara, faktor ekternal tersebut tentunya menyita perhatian anak-anak muda Muhammadiyah untuk segera membentuk wadah Mahasiswa Muhammadiyah.
Satu tahun usia IMM kemudian dilaksanakan Munas (Muktamar) Pertama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Kota Barat (Solo) 1-5 Mei 1965. Pada Munas (Muktamar) tersebut melahirkan sebuah deklarasi yang dikenal dengan deklarasi Kota Barat. Isi deklarasi tersebut :
1. IMM adalah gerakan mahasiswa islam
2. Kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM
3. Fungsi IMM adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah (stabilisator dan dinamisator)
4. Ilmu adalah amaliyah IMM dan amal adalah ilmiah IMM
5. IMM adalah organisasi yang sah mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan dan falsafah negara yang berlaku
6. Amal IMM dilahirkan dan diabdikan untuk kepentingan agama, nusa, dan bangsa.
Muktamar Pertama IMM tersebut lebih dikenal dalam sejarah IMM dengan nama musyawarah nasional (munas). Untuk pertama kalinya dilakukan setelah IMM resmi direstui oleh PP Muhammadiyah dan bahkan oleh presiden pertama RI Bung Karno dengan sebuah catatan ” Saya beri restu kepada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah” Soekarno 16/2 1965.
Pada Muktamar I IMM 1965 inilah yang melahirkan Deklarasi Kota Barat (Solo) dan komposisi personalia DPP IMM periode 1964-1967 sebagai berikut:
Ketua Umum : Mohammad Djazman al-Kindi
Wakil Ketua : A. Rosyad Sholeh
Wakil Ketua : Soedibjo Markoes
Wakil Ketua : Zainuddin Sialla
Wakil Ketua : Sofyan Tanjung
Wakil Ketua : Marzuki Usman
Sekretaris Jenderal : Sjamsu Udaya Nurdin
Wakil Sekjen : Bahransjah Usman
Wakil Sekjen : Sugiarto Qosim
Bendahara Umum : Abuseri Dimiyanti
Aggota-Anggota : Mohammad Arief, Yahya A. Muhaimin, Ummi Kalsum, Aida Saleh, Sukiriyono, Zulkabir, Tabrani Dris, Zulfaddin Hanafiah, R Adnan Razak, Djaginduang Dalimunthe, Bachtiar Achsan
Biro Organisasi Kader: A. Rosyad Sholeh
Zainuddin Sialla
Biro Politik dan Lembaga Pengembangan Ilmu : Moh Amien Rais, Yahya A Muhaimin
Dep. Penerangan : Marzuki Usman
Dep. Keputrian : Ummi Kalsum, Aida Saleh
Lembaga Penyiaran Islam : Soedibjo Markoes
Dep. Kesejahteraan : Moh. Arief
Lembaga Seni dan Budaya : Abdul Hadi WM
Ulasan singkat tentang sejarah kelahiran IMM diatas menjadi pemantik tulisan ” IMM : Merawat Rumah Peradaban Muhammadiyah”. Khususnya faktor internal lahirnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Rumah peradaban itu, saat ini telah kian besar seiring semakin besarnya Ikatanku. Tidak sedikit mata yang tertuju pada kemegahan dan kemewahannya, tidak sedikit manusia yang mulai bangkit sahwatnya untuk menguasai. Ibarat sebuah kapal besar yang memuat banyak penumpang, nahkodalah yang menentukan arah kemana kapal akan berlabuh, jika nahkoda paham tujuan sang pemilik kapal mempercayakan kepadanya maka kapal akal tiba pada tujuan yang tepat, namun jika sang nahkoda tidak mengindahkan peraturan yang telah dibuat oleh sang pemilik kapal maka kapal akal berlabuh tanpa arah bahkan tidak menutup kemungkinan kapal itu akan tenggelam dalam pusaran lautan yang luas.
Merawat rumah peradaban menjadi tanggung jawab ideologis dan moril bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, sebagaimana rumah peradaban itu didirikan atas dasar penguatan ideologi Muhammadiyah bagi kaum muda (mahasiswa).
Salah satu dasar pemikiran berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) agar menjadi wadah pencerahan didalam rumah peradaban itu dan rumah peradaban itupun didirikan sebagai rumah tempat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) untuk besar dengan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dirumah tersebut.
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi terbesar di Indonesia, kini telah berhasil memabangun ratusan rumah peradaban yang tersebar diseluruh pelosok negeri ini, rumah peradaban yang didesain sebagai laboratorium perkaderan untuk melahirkan kader-kader militan Muhamamdiyah “kader Persyarikatan, Kader Ummat dan Kader Bangsa”, visi ini sejatinya beriringan dengan tujuan IMM ” Mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang berakhlak mulia dalam rang mencapai tujuan Muhamamdiyah”. Namun seiring perkembangan zaman kealfaan demi kealfaan mulai terasa didalam tubuh rumah peradaban Muhammadiyah dan kealfaan itupun dialami oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Hal ini terjadi karena nahkoda kapal mulai banyak yang ugal-ugalan hingga penumpang gelappun mulai diterima begitu saja bahkan bajak lautpun mulai menyusup, aturan pemilik kapalpun mulai diabaikan dan visi pun tak lagi menjadi rambu-rambu untuk sampai ketujuan.
Pada situasi ini sang nahkoda dan para penumpang bahkan sang bajak laut yang mulai menguasai kapal tidak bersalah sepenuhnya, karena nahkoda yang dipersiapkan sejak awal oleh pemilik kapal (sang bapak) tidak sedikit yang acuh dan mulai kebingungan akan tujuan dilahirkannya IMM.
Kini rumah peradaban itu telah banyak dijarah dan dikuasai oleh mereka yang awalnya hanya penumpang dan sang anak pemilik rumah hanya meratapi ketidakberdayaannya.
Semoga jejak sejarah menyadarkan kita terbangun dan segera sadar akan tanggungjawab persyarikatan. Sebagai ujung tombak peradaban jangan biarkan rumah peradaban itu di bajak dan menjadi rapuh, mari persiapkan diri untuk menjadi nahkoda yang mampu merawat rumah peradaban Muhammadiyah.
Diusia ke 57 tahun IMM mari kembali mempertegas dan memaknai lebih mendalam tujuan IMM “Mengusahakan Terbentuknya Akademisi Islam Yang Berakhlak Mulia Dalam Rangka Mencapai Tujuan Muhammadiyah”. Bahkan dalam tujuan IMM “akademisi islam” tersirat makna yang sangat dalam agar “IMM : Merawat Rumah Peradaban Muhammadiyah”
“Unggul Organisasi, Sukses Studi” jargon yang sudah mesti dibumikan dalam dunia nyata.
Selamat Milad ke 57 Ikatanku (IMM)
Billahi fiisabilil haq fastabiqul khaerat
Bulukumba, 14 Maret 2021
Penulis : Irfan, S.Pd., M.Pd
Penulis saat ini merupakan Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Bulukumba. (**)