Pihak Managemen RSUD Bulukumba Diduga Lalai Tangani Pasien AR yang Meninggal Bersama Bayinya

oleh -
Ayah pasien meninggal di RSUD Bulukumba H Andi Haris Ishak (kanan) didampingi suami pasien saat melakukan jumpa pers di kediamannya. (Foto/BS)

BULUKUMBA, BERITA SELATAN.Com – Pihak Managemen RSUD Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba kembali mendapat sorotan, pasalnya diduga lalai menangani pasien berinisial AR beralamat di Kelurahan Ela Ela Kecamatan Ujung Bulu yang meninggal bersama bayinya Jumat, 7 Agustus lalu.

Ayah pasien, H. Andi Haris Ishak menceritakan bahwa pasien sebelumnya dirujuk dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Yasira ke RSUD Bulukumba Kamis, 6 Agustus 2020. Dalam keterangan dokter bahwa ini harus dirujuk karena sudah lewat masa melahirkan.

Di sana (RSUD Bulukumba red) pasien pun disebutkannya tidak mendapatkan pelayanan prima lantaran hanya bidan yang melakukan penanganan dengan cara diinduksi sampai ajal menjemput.

“Anak saya masuk Rumah sakit Kamis dan Jumat sekitar pukul 10.00 WITA sudah meninggal bersama bayinya dalam keadaan diinduksi maunya ada penanganan lain dari pihak rumah sakit,” ungkapnya saat melakukan jumpa pers di kediamannya, Kelurahan Ela Ela Kecamatan Ujung Bulu, Selasa, 11 Agustus 2020.

Padahal kata Andi Haris, harusnya ditangani dengan cara lain misalkan melakukan tindakan Cesar (SC). Itu tidak dilakukan apalagi keterangan dokter di Yasira bahwa anaknya terbilang besar bobot 3,5 kilogram.

“Harusnya ada dokter yang tangani langsung. Nah ini besoknya baru datang saat anak saya sudah meninggal. Jelas ini menelantarkan pasien,” bebernya.

BACA JUGA:   Apel Hari Senin, Tomy Soroti Pegawai Lompat Pagar

Yang lebih miris kata Andi Haris, sesaat setelah meninggal, dokter mengatakan kepada suaminya bahwa anak dalam kandungan pasien tersebut masih dalam keadaan hidup.

“Waktu meninggalmi anak saya dokter yang tangani menyampaikan ke suaminya bahwa anaknya masih hidup.
Setelah itu dokternya pun tak mengambil tindakan apa apa. Maksud anak menantu saya Kenapa tidak anaknya diselamatkan daripada meninggal dua duanya, itu membuat kami terpukul dari pihak keluarga,” tuturnya.

Dalam waktu dekat ini kata dia, pihaknya akan melaporkan kejadian tersebut kepada yang berwajib dengan tuntutan pembiaran dan kelalaian. Ditambah menyampaikan prestiwa tersebut ke Dokter Ikatan Indonesia (IDI) agar bisa melakukan evaluasi terhadap oknum dokter tersebut.

“Atas kejadian ini kami akan tuntut managemen RSUD Bulukumba. Kami akan lapor ke pihak yang berwajib dan IDI agar tidak ada lagi korban berikutnya. Karena kalau ini dibiarkan akan banyak lagi korban berikutnya,” ucapnya.

Menanggapi kejadian tersebut Humas RSUD Bulukumba, Gumala Rubiah menjelaskan pasien benar masuk tanggal 6 Agustus 2020 pukul 20. 40 Wita rujukan RS Yasira umur kehamilan 41 – 42 minggu (sudah melewati tafsiran persalinan) dengan pengantar untuk di rencanakan induksi persalinan. Perlu diketahui keadaan umum ibu pada saat masuk rumah sakit dalam kondisi inpartu di tandai dengan adanya pembukaan mulut Rahim dan kontraksi, tanda – tanda vital dalam batas normal, denyut jantung bayi normal. Dengan kondisi tersebut diambil keputusan untuk observasi diharapkan dapat melahirkan normal.

BACA JUGA:   Pasca Libur Lebaran, Stok Darah Menipis di Instalasi Transfusi Darah RSUD Bulukumba
Advertisement

Pada pagi hari, Jumat, 7 Agustus 2020 dilakukan pemeriksaan kembali ternyata tidak dapatkan kemajuan persalinan sehingga dilakukan induksi persalinan dan hal ini sudah disetujui oleh pihak keluarga.

Setelah dilakukan induksi pada jam 7.00 pagi lalu jam 8.35 kemudian ketuban pecah spontan dan dilanjutkan di observasi denyut jantung Janin dan kontraksinya. Tiba tiba pukul 09.30 pasien Syok sehingga di lakukan segera tindakan penyelamatan pasien manajemen jalan napas dan bantuan sirkulasi, RJP (resusitasi jantung paru) dan tindakan medis lainnya. Namun pukul 10.15 pasien dinyatakan meninggal dunia.

Sesuai keterangan pihak RSUD, Gumala menyampaikan, berdasarkan kriteria klinis penyebab kematian disebabkan oleh emboli air ketuban.

Emboli air ketuban adalah kondisi ketika air ketuban masuk dan bercampur ke dalam sistem peredaran darah menuju ke jantung . Emboli air ketuban adalah salah satu komplikasi persalinan yang jarang terjadi, tetapi sulit untuk dicegah dan dideteksi sejak dini. Kondisi ini biasanya terjadi secara tiba-tiba dan penyebabnya tidak diketahui secara pasti.

BACA JUGA:   Meriahkan HUT Kemerdekaan RI, Pemda Bulukumba Gelar Sejumlah Lomba

Emboli air ketuban merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil. Patofisiologinya belum dimengerti penuh. Biasa terjadi selama masa persalinan, kelahiran, atau postpartum
Kondisi janin pada saat ibu dinyatakan meninggal hanya satu kali denyutan jantung janin permenit, selanjutnya dokter memberikan penjelasan kepada suami bahwa dengan melakukan tindakan operasi saat itupun sangat kecil kemungkinannya menyelamatkan janinnya.

Gawat janin atau kematian janin dalam Rahim merupakan salah satu koplikasi dari emboli air ketuban.

“Jadi tidak benar kalau pasien tidak didampingi karena untuk pemantauan denyut jantung janin dan kontraksi di pantau tiap jam. Tafsiran berat janin juga dalam batas normal 3458 gram (hasil USG di RS Yasira). Kami juga minta jika sekiranya ada hal yang ingin diklarifikasi langsung oleh pihak keluarga, managemen RSUD siap menfasilitasi,” terangnya.

“Atas nama RSUD Bulukumba kami turut belasungkawa yang mendalam atas berpulangnya salah seorang Pasien di RSUD Bulukumba yang juga merupakan salah satu staf keuangan di sana (RSUD Bulukumba),” tambahnya. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.